Muhammad Adlin Sila, Staf Ahli Mendikbudristek memaparkan urgensi Pendidikan Karakter untuk menyokong program Merdeka Belajar
Depok, Jawa Barat (17/10). Pembentukan SDM berkualitas tidak dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri. Diperlukan peran serta masyarakat untuk mendukung upaya tersebut. Hal ini disampaikan oleh Staf Ahli Mendikbudristek, Muhammad Adlin Sila, saat menerima kunjungan Pengurus DPP LDII di Kemendikbudristek, Jakarta, pada Senin (16/10).
Dalam kunjungan tersebut, LDII mengundang Mendikbudristek Nadiem Makarim menjadi pembicara di Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang akan dilaksanakan pada November mendatang. Sekaligus mengundang Nadiem sebagai pembicara kunci dalam webinar “Gerakan PAUD Profesional Religius Menuju Indonesia Emas 2045” yang akan dilaksanakan pada Sabtu (21/10).
Menanggapi undangan tersebut, Adlin menyambut baik dan menegaskan program-program LDII tersebut, sejalan dengan program “Merdeka Belajar” yang dicanangkan Mendikbudristek.
“Saya kira tema yang akan diangkat dalam kegiatan webinar sangat terkait dengan kebijakan Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Mas Menteri, terutama terkait dengan pendidikan PAUD. Bagi kami, ini merupakan awal mula dalam mendidik karakter anak-anak,” ujar professor riset itu.
Ia mendorong, kerja sama dan kolaborasi antara LDII dan Mendikbudristek, “Kami ingin kebijakan Merdeka Belajar menjadi gerakan sosial. Karena itu, kami mengajak seluas-luasnya kepada masyarakat sipil termasuk LDII untuk mengkampanyekan merdeka belajar ini. Karena saya yakin ini dibutuhkan oleh dunia pendidikan kita ke depan,” ungkapnya.
Mantan Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI itu mengapresiasi LDII mengangkat profesional religius dalam membentuk SDM berkualitas. “Nilai-nilai religius menurut saya semuanya bagus apapun agamanya. Tinggal bagaimana kita sebagai manusia untuk menerjemahkan nilai-nilai agama itu sehingga membumi,” ungkapnya.
“Profesional itukan artinya puncak dari nilai-nilai agama. Kalau dalam agama itu konsep Ihsan atau mukhsin. Artinya, kita melakukan sesuatu tanpa dipaksa atau disaksikan oleh orang lain. Saya kira kami sebagai lembaga pendidikan mengajak anak-anak kita untuk punya karakter agama yang menjadi menyatu sehingga menjadi bagian dari karakter masing-masing anak,” tutupnya.
Sementara, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengatakan penyiapan SDM berkualitas menjadi keharusan, “Penyiapan SDM ini mutlak. Negara supaya tetap eksis, maka harus menyiapkan SDM yang berwawasan kebangsaan, akhlakul karimah, keagamaan, profesional, sehat secara jasmani dan rohani,” ungkapnya.
Ketua DPP LDII KH Chriswanto Santoso
Untuk mencapai hal itu, KH Chriswanto mengatakan perlunya kerja sama dan kolaborasi anatara masyarakat sipil kepada otoritas. “Karena tidak mungkin dapat dikerjakan satu instansi saja tapi kesepakatan. Saya berharap tidak berhenti di sini, tapi kerja sama ini berkelanjutan karena sama-sama mempunyai visi yang sama yakni menyiapkan Indonesia sejahtera, adil dan beradab,” ujarnya.
Terkait pelaksaan webinar gerakan PAUD, KH Chriswanto menyebut menyiapkan pendidikan karakter harus dimulai sejak di dalam kandungan. “Kami melakukan itu sejak anak di dalam kandungan, orangtuanya menerima parenting skill yang baik, sehat jasmani dan Rohani, sehingga lahir sebagai generasi yang sehat,” ungkap Chriswanto yang didampingi Ketua DPP LDII Basseng, Prof.Singgih Tri Sulistiyono dan Prof.Netti Herawati.