Depok (22/03). Sepak Bola Amputasi Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Garuda INAF merupakan tim nasional yang mewakili Indonesia di ajang Piala Asia maupun Piala Dunia Sepak Bola Amputasi. Saat ini, organisasi induk yang mewadahi sepak bola amputasi ialah Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Indonesia (PSAI) atau Indonesia Amputee Football Association (INAF).
Kabar membanggakan datang dari Tim Nasional (Timnas) sepak bola Amputasi Indonesia. Minggu (13/3/2022), mereka memastikan diri lolos ke Piala Dunia Amputasi 2022 di Turki, Oktober mendatang. Kepastian itu didapat karena Timnas Sepakbola Amputasi meraih kemenangan di laga kedua Kualifikasi Piala Dunia Amputasi 2022 Zona Asia Timur. Mereka berhasil mengalahkan Malaysia dengan skor telak 3-0.
Laga ini diselenggarakan di Stadion Kamalapur, Dhakka, Bangladesh. Adapun pencetak gol dari laga ini adalah M.S. Bahiri, Aditya, dan Agung Rizki S. Kemenangan ini membuat Indonesia kokoh di puncak klasemen grup dengan poin 6. Sementara di peringkat kedua ditempati Jepang, Bangladesh di peringkat ketiga, dan Malaysia di juru kunci.
Agung Rizki Satria merupakan salah satu pemain yang mencetak gol terbanyak yaitu 5 gol selama babak kualifikasi. Agung Rizki Satria yang lahir di Keban Agung, 5 Mei 1999. Ia adalah putra kedua dari pasangan Sunarso dan Tri Rahayu. Selain menjadi seorang pesepakbola, Agung juga seorang mahasiswa tingkat akhir Universitas Gunadarma, Depok.
Agung memulai latihan sepak bola ini sejak November 2018. Keberhasilan Agung saat ini tidak terlepas dari dukungan orang tuanya. Ia menyampaikan bahwa orang tuanya selalu memberikan fasilitas untuknya dalam bermain bola.
“Sebenarnya saya tidak hobi main bola, namun setelah kecelakaan, saya melihat teman-teman bermain bola. Awalnya saya cuma melihat tapi tidak diajak akhirnya saya meminta pada orang tua saya untuk memberikan fasilitas. Alhamdulillah orang tua setuju dan yang terpenting adalah orang tua tidak melarang saya main bola, walaupun sempat dalam waktu 3 atau 2 bulan tongkat saya patah karena main bola. Sempat dilarang, namun saya tetap memaksa untuk bermain bola, akhirnya orang tua saya mengizinkan,” ungkapnya.
Banyak sekali suka dukanya menjadi pemain Sepakbola Amputasi. Memang keterbatasan fisik menjadi halangan, seperti pemain dengan 1 kaki dan kiper dengan 1 tangan. Namun ada beberapa faktor lainnya yaitu minimnya fasilitas seperti lapangan yang tidak sesuai dengan ukurannya, belum adanya bantuan dari pemerintah, bahkan tidak familiar di kalangan masyarakat. Ini menjadi kendala sendiri bagi Timnas Sepakbola Amputasi Indonesia.
Meskipun begitu, Agung menyebutkan bahwa bermain Sepakbola Amputasi ini menjadi pengalaman menarik. Dengan fasilitas yang minim dan lapangan yang tidak besar, namun timnya tetap semangat dalam menjalani latihan.
“Kita semua tetap semangat dan berjuang, sampai akhirnya kita bisa membuktikan bahwa kita bisa berhasil sampai tahap ini dan bisa lolos untuk masuk Piala Dunia dan juga kita semua bisa membawa nama baik negara Indonesia,” terangnya.
Seiring berjalannya waktu, kini Sepakbola Amputasi mulai dikenal dan menjadi perhatian. Akhirnya, banyak yang mulai memberikan bantuan-bantuan kepada Timnas Sepakbola Amputasi Indonesia.
Selain menyukai sepakbola, Agung juga hobi untuk travelling, khususnya mendaki gunung. Ia pernah mendaki bukit, namun yang paling berkesan menurutnya yaitu di Gunung Gede (2958 mdpl). Ia menceritakan bahwa perjalanan yang cukup lama dan ekstrem itu tidak mematahkan semangatnya untuk sampai di puncak tertinggi Gunung Gede.
“Saya jalani saja ikut temen-temen, saat istirahat saya juga ikut istirahat. Saya tidak pernah meminta istirahat karena saya tidak enak kalau saya minta istirahat, berarti saya nyusahin temen-temen yang lain, jadi saya jalan terus. Ada kondisi saat saya capek, tapi saya tetap jalan. Meskipun lelah, saya senang bisa sampai di titik teratas puncak Gunung Gede, meskipun makanannya kurang dan tidak bawa banyak,” ungkapnya.
Meskipun Agung memiliki keterbatasan, hal itu tidak merubah semangatnya untuk meraih cita-cita. Selain sebagai pesepakbola dan mahasiswa, Agung adalah salah satu Ustadz di Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Al – Faqih Mandiri di bawah naungan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) kota Depok, Jawa Barat. (Nova Ndari Kusuma KIM/LINES*)