Sawangan, Depok (19/7). Dalam upaya memperkuat keharmonisan keluarga di tengah tantangan zaman, PC LDII Sawangan menggelar pengajian khusus bagi pasangan suami istri dengan usia pernikahan antara 5 hingga 25 tahun. Bertema “Meramut Cinta dalam Merawat Bahtera”, kegiatan ini dilaksanakan di Masjid Ahsanu Maqila, Rangkapan Jaya, Sawangan, Depok, pada Minggu (19/5).
Ketua Dewan Penasihat PC LDII Sawangan, Edwin Prihadi, menyampaikan bahwa kegiatan ini dirancang sebagai sarana pembinaan keluarga dalam lingkup organisasi, khususnya bagi pasutri yang memasuki usia pernikahan rentan.
“Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkuat hubungan antar keluarga dalam lingkup PC LDII Sawangan, serta menciptakan keluarga yang sakina, mawaddah, dan barakah. Ini ditujukan kepada keluarga, terutama saat memasuki masa-masa yang rentan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa tema yang diangkat bukan hanya sekadar simbolik, tetapi bentuk respons atas kebutuhan mendalam dalam relasi keluarga.
“Tema ini dipilih karena dirancang untuk mendukung keluarga yang kini memasuki usia rentan. Harapannya agar mereka bisa lebih memahami pentingnya cinta dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi, sehingga menciptakan kehangatan dan keharmonisan dalam keluarga,” ucap Edwin.

Salah satu pemateri utama dalam kegiatan ini, Ketua Departemen Pendidikan Keagamaan dan Dakwah DPP LDII KH. Aceng Karimullah,, mengajak para peserta untuk senantiasa mengingat kesepakatan awal mereka dan saling memaafkan ketika menghadapi permasalahan.
“Saat pernikahan dimulai, ada komitmen yang harus diingat dan dilaksanakan. Seiring waktu, pasangan sering lupa pada komitmen itu. Maka penting untuk selalu ingat bersabar terhadap perbedaan dalam pendapat. Kesabaran adalah modal utama bagi suami dan istri agar hidup bersama dengan harmonis,” tuturnya.


Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya komunikasi yang intens. Ia menyampaikan banyak cara berkomunikasi yang selama ini telah berjalan, terutama di tengah gempuran media sosial ada hal yang harus lebih diperhatikan dari dampak distraksi digital.
“Pasangan suami istri harus menjaga komunikasi dengan cara yang lebih. Jangan terpengaruh oleh hal negatif yang berkembang di media sosial, karena itu bisa mengganggu harmonisasi hubungan. Komunikasi yang baik sangat diperlukan. Carilah quality time untuk berbicara hal-hal yang mungkin mengganggu, bisa sebelum tidur, di meja makan, apa pun yang paling nyaman,” jelas KH Aceng.
KH. Aceng juga berharap kegiatan ini mampu menjadi momen evaluasi dan penyegaran bagi pasangan yang telah menjalani bahtera pernikahan lebih dari lima tahun.
“Setelah melewati lima tahun, seringkali muncul kejenuhan. Itu bisa jadi celah masuknya masalah. Dengan kembali pada komitmen awal, pasangan bisa menemukan kembali tujuan pernikahan mereka dan memperkuat ikatan di antara mereka,” ungkapnya.
Sejalan dengannya, Ketua Korbid Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga DPP LDII, Dr. Siti Nurannisaa menggarisbawahi pentingnya rasa hormat sebagai pondasi utama hubungan suami istri.

“Respek atau rasa hormat adalah akarnya. Jadi seperti tanaman, atasnya kuat kalau akarnya kuat maka yang lain akan kuat. Respek itulah yang menjadi landasan, apakah kita mau menghargai pasangan, menerima perbedaan, dan saling memberi kesempatan untuk berkembang. Dengan landasan respek, baru kita bisa membangun komunikasi. Tanpa respek, semua teknik komunikasi itu akan seperti robotik, tidak ada penerimaan, tidak ada rasa tumbuh bersama. Respek itulah yang menjadi nyawanya,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa tekanan hidup modern kerap membuat pasangan lupa pada hal-hal kecil yang sebetulnya mampu membangun koneksi kembali. “Pasangan suami istri itu banyak tekanan dan tuntutan dari lingkungan, sehingga kita terlupa hal-hal kecil. Padahal, hal-hal sederhana bisa membangun kembali koneksi. Kegiatan interaktif sederhana seperti dalam pengajian ini justru untuk menghubungkan kembali pasangan satu sama lain dalam aktivitas keseharian,” katanya.
Menurutnya, kegiatan ini sangat penting di tengah derasnya arus informasi yang sering membingungkan nilai-nilai rumah tangga.
“Ini kegiatan yang sangat baik. Saya bersyukur dari wilayah ini bisa menyelenggarakan acara seperti ini. Karena situasi saat ini dari sedemikian banyak informasi membuat kita overload, bingung. Dengan acara ini, kita dikembalikan pada pakem-pakem utama pernikahan secara agama, identitas sebagai orang Indonesia, dan kesadaran atas kebutuhan diri. Intinya, kembali masuk dalam diri, mengenali diri untuk bisa menjalin hubungan dengan orang lain,” pungkasnya.
Kegiatan yang diakhiri dengan sesi aktivitas reflektif antar pasangan tersebut, diharapkan mampu mempererat komunikasi, menguatkan rasa hormat, dan memperbaharui semangat cinta dalam bahtera rumah tangga masing-masing.