Lines (14/09) – Happy Hypoxia adalah penurunan kadar oksigen dalam darah yang tidak disertai dengan keluhan atau gejala yang dirasakan oleh pasien. Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan secara umum infeksi di jaringan paru, yakni pneumonia akan menyebabkan gangguan sirkulasi oksigen yang masuk dalam darah.
Gangguan disfungsi atau gangguan pada vaskuler (pembuluh darah) tersebut akan membuat darah tidak teroksigensasi. “Akibatnya, kandungan oksigen dalam darah rendah atau disebut hipoksemia,” kata Agus.
Kondisi ini banyak dialami dan ditemukan pada pasien dengan infeksi virus corona, bahkan tak sedikit yang menimbulkan kematian tanpa gejala.
Dalam kasus Covid-19, pasien memiliki gejala yang bervariasi, dari yang tidak bergejala, ringan, sedang sampai berat, hingga kritis. Pada pasien dengan kondisi sedang, umumnya memiliki gejala pneumonia atau radang paru.
Saat kondisi normal, orang mengalami hipoksemia akan memiliki gejala atau keluhan sebagai berikut.
- Sesak napas kelelahan
- Pusing, sakit kepala bahkan bisa pingsan
- Napas lebih pendek (dispnea)
- Napas lebih cepat (takipnea)
- Batuk
- Percepatan detak atau denyut jantung
- Perubahan warna kulit, menjadi biru pada ujung jari dan bibir
- Tubuh kehilangan keseimbangan
Namun, pada pasien yang mengalami happy hypoxia, gejala fisik maupun keluhan tidak terjadi.
Cara Pencegahan Happy Hypoxia
Tanpa ditandai gejala apapun, happy hypoxia atau silent hypoxemia mengancam jiwa atau menyebabkan kematian pada pasien yang terinfeksi virus corona SARS-CoV-2.
Hingga saat ini, Agus mengatakan bahwa belum ada penjelasan ilmiah secara pasti dan jelas terkait happy hypoxia yang dialami pasien dengan Covid-19. Silent hypoxemia atau happy hypoxia adalah kondisi kurangnya kadar oksigen dalam darah, tetapi tidak menimbulkan gejala atau keluhan sakit pada organ-organ tubuh.
Kasus happy hypoxia pada pasien dengan Covid-19, kata Agus, sebenarnya sudah terjadi sejak awal ditemukan infeksi virus SARS-CoV-2 di Indonesia.
Kendati demikian, Agus mengungkapkan bahwa happy hypoxia dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini dengan pemeriksaan kadar oksigen bisa dilakukan di fasilitas layanan kesehatan, dan juga bisa dilakukan secara mandiri.
Pemeriksaan mandiri dapat dilakukan dengan alat oksimeter, yakni perangkat yang digunakan untuk mengukur kadar oksigen di dalam darah melalui ujung jari tangan. Cara sederhana ini, kata Agus, bisa berlaku bagi orang sehat, maupun pasien Covid-19, namun tidak memiliki gejala happy hypoxia.(Ing/Lines)