Jakarta (13/9). Kondisi ekonomi global yang melambat, krisis pangan dan energi membuat negara berkembang kesulitan. Keadaan tersebut mengakibatkan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri, yang berkontribusi memicu inflasi.
DPP LDII menilai langkah pemerintah yang memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat, yang terdampak langsung kenaikan BBM sebagai program jaring pengaman sosial yang diberikan sebagai upaya meringankan beban masyarakat akibat kenaikan harga kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, BLT tersebut menurut Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso bersifat pertolongan pertama, yang terpenting adalah bangsa ini kembali dan terus menghidupkan semangat gotong royong dan kepedulian sosial.
“Bila gotong-royong dan kepedulian sosial menjadi karakter bangsa, Insya Allah kita bisa hadapi bersama-sama. LDII mendorong gotong-royong dan kepedulian sosial dalam bentuk empat roda berputar,” ujar KH Chriswanto Santoso.
Empat roda berputar itu, menurut KH Chriswanto adalah pertama, yang kuat membantu yang lemah. Kedua, mereka yang bisa, mengajari yang tidak bisa. Ketiga, yang ingat mengingatkan yang lupa. Sementara keempat, yang salah dinasehati dan diingatkan untuk memperbaiki kesalahannya. “Keempat hal tersebut merupakan nilai-nilai kebaikan yang universal, yang dapat diadopsi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” tutur KH Chriswanto.
Negara menurutnya, memiliki kewajiban menjaga dan menyejahterakan rakyatnya. Namun, kompleksitas masalah mengharuskan masyarakat menghimpun dirinya dalam konteks masyarakat madani, untuk membantu pemerintah. Maka, warga masyarakat yang kuat secara politik dan ekonomi harus membantu masyarakat lainnya, yang belum terjangkau tangan pemerintah, “Terutama pada saat krisis ekonomi, yang mungkin saja akan kita hadapi,” ujarnya.
Sementara yang bisa mengajari yang tidak bisa, bisa diwujudkan dengan mendorong munculnya pengusaha-pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Dengan demikian, terbuka luas lapangan kerja untuk membantu meringankan beban masyarakat.
“Konsep yang ingat mengingatkan yang lupa, adalah selalu kritis dan memberi masukan terhadap kebijakan pemerintah. Agar masyarakat bisa kreatif dalam berekonomi, di mana kebijakan selalu berpihak kepada masyarakat bawah. Namun mampu mengakomodasi kepentingan investor,” imbuh KH Chriswanto.
Ia memaparkan konsep yang salah dinasehati, diingatkan untuk memperbaiki kesalahannya, adalah seluruh bangsa Indonesia baik masyarakat maupun pejabat negara harus lapang dada, “Semua pihak harus saling mengingatkan agar tidak mengulangi kesalahan. Suatu aturan atau kebijakan kadang kurang pas di lapangan. Untuk itu, sangat penting saling mengingatkan,” tuturnya.
Dalam pandangan KH Chriswanto, masyarakat tidak harus emosi apalagi sampai berbuat anarki untuk mengingatkan penguasa. Sementara penguasa, jangan dengan mudah menghukum rakyat karena kekhilafan mereka, “Pendek kata, kita semua saling ingat mengingatkan dan diarahkan kepada kebaikan,” imbuh KH Chriswanto.
Bila empat roda berputar tersebut dilaksanakan seluruh elemen bangsa, KH Chriswanto meyakini bangsa Indonesia dapat melalui krisis dengan selamat, “Bangsa besar bukan hanya dilihat dari luas wilayah dan kekuatan militernya, namun karakternya sebagai bangsa yang unggul,” pungkasnya. (KIM*)