Jakarta (12/9). Intelijen Kejaksaan Agung mengadakan diskusi terpumpun atau Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Akselerasi Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa Dalam Menghadapi Tantangan Transformasi Perilaku Kekerasan di Era Globalisasi Melalui Program Menjaga Ruang Budaya Karakter Indonesia Tangguh”, di Hotel Ambhara, Jakarta Selatan, pada Kamis (12/9).
Kegiatan tersebut dihadiri organisasi kemasyarakatan dan komponen bangsa lainnya termasuk DPP LDII, “Tema ini sangat tepat sekali, karena setiap hari dalam pemberitaan baik media massa dan online kita melihat penurunan karakter dan jati diri bangsa,” ujar Sekretaris Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen, Sardjono Turin.
Ia menyebut, saat ini banyak fenomena yang menyebabkan perilaku menyimpang. Padahal, dahulu masyarakat Indonesia terkenal dengan karakter saling menghargai dan menghormati, serta tata krama di hadapan umum. “Dengan era globalisasi saat ini yang ditandai majunya teknologi, hampir setiap hari kita disuguhi dengan kasus-kasus kekerasan dan perilaku menyimpang yang terjadi di kalangan anak-anak,” ucapnya.
Ia mencontohkan kasus yang baru-baru ini terjadi di Sumatera Selatan dan Sumatera Barat. Anak-anak di bawah umur mengalami dan bahkan telibat kasus kekerasan. “Ini menunjukkan fenomena perilaku menyimpang yang harus menjadi catatan bagi penegak hukum. Apakah ini penurunan perilaku individu akibat kemajuan teknologi, berimbas pada tontonan yang bebas diakses siapapun. Sehingga tindak kekerasan sering terjadi di tengah masyarakat,” Sardjono Turin.
Persoalan moralitas tersebut menjadi fokus LDII dalam membina generasi muda, bahkan LDII mendukung upaya pemerintah dalam menangani tindak kekerasan. “LDII sangat mendukung upaya penanganan hukum terhadap tindak kekerasan. Sebagai lembaga dakwah, LDII mengupayakan pencegahan atau antisipasi, dengan membangun moral generasi muda agar memiliki akhlak yang mulia, sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW,” ujar Ketua Departemen Organinasi, Keanggotaan dan Kaderisasi (OKK) DPP LDII Tri Gunawan Hadi.
Ia menilai, FGD yang dilaksanakan itu merupakan upaya menggandeng seluruh elemen masyarakat untuk peduli terhadap kemunduran perilaku. “Kami mendukung upaya-upaya pemerintah melakukan tindakan-tindakan dari segala macam kekerasan. Tidak hanya kekerasan yang berbasis pada tindak pidana, termasuk kekerasan berupa bullying, tindakan yang bersifat amoral dan lain sebagainya. Agar Indonesia damai, senang dan tenteram,” ungkapnya.
Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Minhaajurrosyidin (STAIMI) itu mengungkapkan, FGD tersebut sebagai upaya Kejaksaan Agung untuk membenahi akhlak bangsa. “Jika dilihat dari kajian akademik, karakter bangsa Indonesia, bukan lagi menjadi standar mutu tapi budaya mutu. Jika kemudian budaya mutu ini menjadi budaya karakter dan bisa kita jaga, saya kira Indonesia tidak akan terperosok dalam kekerasan,” tutupnya. (KIM*)