Jakarta (20/20). Literasi digital merupakan kebutuhan mendesak, karena era digital memiliki sisi positif dan negatif. Orangtua harus mengawasi penggunaan gawai, agar anak terhindar dari efek negatif.
Hal tersebut ditekankan Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso, saat membuka webinar bertajuk ‘Pemanfaatan Teknologi dan Gadget untuk Kemandirian Ekonomi Keluarga’ pada Sabtu (19/10) di Kantor DPP LDII, Jakarta.
Kebutuhan terhadap literasi digital, mendorong DPP LDII menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengadakan webinar terkait penggunaan gawai. Menurutnya, generasi terus berganti sehingga pemahaman literasi perlu terus dilanjutkan.
Dua prinsip memahami literasi digital, adalah teknologi digital bisa mendatangkan petaka dan juga keuntungan. “Orang terjebak dengan pinjol, judi online, bahkan tawuran atau hal maksiat lain ya dari digital ini. Ini sisi negatif. Sisi lainnya perlu memahami agar bisa mengambil manfaatnya,” ujar KH Chriswanto.
Tanpa adanya pembekalan kepada orang tua, tentang mudarat dan kebaikan penggunaan gawai, bisa sangat berbahaya. “Maka literasi digital jadi prioritas untuk menjaga masyarakat, umat, dan orangtua agar tidak jadi sasaran berbagai hal negatif,” imbuhnya.
Menurutnya, DPP LDII juga melihat potensi yang besar dari internet untuk pemberdayaan ekonomi. “Digital bisa kita manfaatkan untuk pemberdayaan keluarga,” ujarnya.
Internet juga bisa membantu mendorong keberhasilan ekonomi keluarga seperti contoh, karyawan biasa mampu mengembangkan usaha. Mereka mampu berproduksi menjadi industri kecil keluarga, kemudian memasarkan produknya dengan cara digital marketing.
“Ketika keluarga dibangun dengan ekonomi yang mapan, keluarga bisa sejahtera, insya Allah lahir generasi yang terbaik,” tutur KH Chriswanto.
KH Chriswanto mengapresiasi kehadiran Ditjen Aplikasi Telematika (Aptika) Kominfo, dan berharap adanya kerja sama lanjutan untuk pembinaan umat. “Saya berharap jika seluruhnya menerapkan dan memahami literasi digital, kerja sama yang berlangsung menjadi lebih produktif,” ujarnya.
Senada dengan KH Chriswanto, Dirjen Aptika Kominfo Hokky Situngkir mengatakan, jaringan teknologi di Indonesia telah lebih terkoneksi dari sebelumnya. “Jika tidak waspada dan bijak dalam penggunaan gadget, Gen Z menghadapi banyak pengaruh negatif,” ujarnya.
Dengan adanya internet, ratusan perangkat atau aplikasi tumbuh dengan kecepatan 10 kali lipat. Keberadaan aplikasi menyumbang empat persen Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Karena itu, menurut Hokky, jika keluarga berhasil memanfaatkannya, pertumbuhan ekonomi ikut meningkat pada 2030 nanti.
Namun Indonesia juga menghadapi tantangan berbahaya seperti situs pornografi, judi online, dan berbagai hal negatif lainnya. Mengantisipasi hal itu, Hokky mengatakan, pihaknya membuat hotline untuk laporan pengaduan terkait penyalahgunaan aplikasi.
Ia juga mendukung upaya LDII yang memprioritaskan literasi digital untuk kemandirian keluarga. Pada kesempatan itu, Hokky juga memaparkan empat aspek literasi digital untuk menghadapi tantangan digital skill, ethics, culture, dan digital safety, “Regulasi mungkin mengatur situs-situs terlarang tersebut, tapi benteng pertahanan utama dari diri sendiri,” ujarnya.
Selanjutnya, Hokky berharap para stakeholder maupun masyarakat terus mendukung program Kominfo lewat perluasan kerja sama. “Seberapa hebat keuntungan dan kesejahteraan yang didapat dari teknologi, perlu diawasi agar tidak semakin tercemar hal negatif,” pungkasnya. (KIM*)