Pontianak, Kalbar (1/12). Ketua DPW LDII Kalbar, Susanto mengaku berkepentingan dengan stabilitas keamanan, sehingga upaya-upaya untuk membantu menjaga dan merawat kerukunan umat beragama terus dilakukan. Salah satunya LDII Kalbar menggelar silaturahim dan sarasehan, dengan tajuk Aktualisasi Dakwah Rahmatan Lil Alamin Untuk Perkuat Ukhuwah Dalam Merawat Kalbar yang aman dan damai, di Hotel Aston Pontianak, 30 November 2022.
“LDII sebagai bagian komponen masyarakat memiliki kepentingan agar Kalbar aman dan damai. Karena stabilitas keamanan itu mempengaruhi aktifitas sosial, termasuk didalamnya aktifitas ibadah kepada Allah, ” ujarnya.
Dia juga meyakini metoda dakwah yang rahmatan lil alamin akan memperkuat ukhuwah sesama umat beragama. “Konsep dakwah yang menyenangkan dan merangkul akan memperkuat jalinan persaudaraan. Ini yang harus diperkuat, karena kodrat kita memang berbeda,” tegas dia
Selain itu disadari problematika keumatan cukup kompleks dan tidak bisa bekerja sendirian melainkan memerlukan kerjasama. “Sehebat apapun sebuah organisasi, akan tidak maksimal capaian hasilnya, apalagi menyelesaikan persoalan keumatan yang cukup kompleks. Prinsipnya kita mesti saling ta’awun,” tambah Susanto.
LDII sendiri tegasnya, akan selalu terbuka untuk berkolaborasi. “Majelis ini sebagai bagian dari forum ta’aruf, sehingga akan tercapai kesamaan pikir atau setidaknya bisa saling memahami dan akhirnya bisa kerjasama,” kata dia.
Sementara Ketua MUI Kalbar, Drs Jipridin, M.Si menegaskan Rosulullah diutus untuk menjadi rahmat seluruh alam dalam kontek ke-Indonesiaan adalah ukhuwah, yakni mengikat, dan merawat persaudaraan. “Ukhuwah dalam konteks Indonesia terbagi menjadi empat, walaupun sebagian orang berpendapat ada tiga. Pertama ukhuwah itu ialah ukhuwah Islamiyah dengan ikatan keyakinan, sama-sama meyakini enam rukun iman. Hanya saja terkadang cara pendekatannya saja yang berbeda, ” katanya saat tampil sebagai pemateri.
Oleh karenanya ia mengajak kepada umat muslim agar senantiasa mempedomani Al Qur’an, tujuannya agar diluar umat Islam tidak melihat ibadah seseorang
muslim melainkan perilaku orang muslim. “Mengutip ulama Mesir Syekh Ahmad Sauqi menyatakan tegaknya umat atau bangsa dilihat akhaknya atau peradaban. Disinilah kita mesti menjadi umat muslim yang berakhaqul karimah, ” jelasnya.
Lebih jauh figur yang juga Wakil Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Kalbar ini secara kuantitas umat muslim di Indonesia cukup besar, tetapi kualitas mulai merosot. “Merosotnya umat bukan saja ibadanya melainkan juga akhlaknya. Oleh karenanya jika ingin dihargai maka perbaiki akhlak sehingga menjadi barometer bagi seluruh umat,” katanya.
Senada dengan hal itu, Ketua MUI Kalbar bidang penelitian dan pengkajian, Dr. Hermansyah, M. Ag yang menjadi problem sekarang adalah seseorang mudah menilai orang lain dan akhirnya mudah menyebut kafir, munafik, sehat dan lain sebagainya. “Islam tidak mengajarkan melihat menilai orang lain, tetapi justru diperintahkan agar melihat dirinya sendiri. Sehingga bisa membaca dirinya baik atau jahat, ” ujarnya.
Sehingga dalam konteks berdakwah, dirinya menegaskan idealnya dimulai dirinya sendiri. “Dalam Al Qur’an Surat At Tahrim diserukan agar menjaga dirinya, mengandung pengertian dimulai dari dirinya. Jika dirinya baik maka mengajak kebaikan kepada orang lain juga mudah diterima. Sehingga kedamaian ini bisa tercipta,” tegas Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pontianak ini. (KIM*)