Depok (31/10). Homeschooling atau sekolah di rumah adalah istilah yang relatif baru dalam khazanah pendidikan Indonesia. Namun, hal ini dapat menjadi alternatif sekaligus solusi dalam meningkatkan kualitas edukasi anak selama masa pandemi. Peran orangtua merupakan kunci utama yang dibutuhkan untuk menerapkan homeschooling sebagai alternatif dalam mendidik anak-anaknya.
Sadar akan hal tersebut, DPD LDII Kota Depok bersama Komunitas JHS menggelar webinar parenting skill dengan mengusung tema “Homeschooling sebagai Pilihan Orangtua dalam Mendidik Putra-putrinya di Masa Pandemi Covid-19” pada Minggu (31/10/2021).
Hadir dalam webinar tersebut, Guru Besar Universitas Riau (Unri) Prof. Netti Herawati, Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan DPD LDII Kota Depok Mutiara Hikah, Ketua Perpani Kota Cirebon Tresnawaty Subarno, dan Psikolog Betty Kemal Taruc.
Berkaitan dengan homeschooling, Netti Herawati memaparkan bahwa homeschooling didasari oleh perbedaan karakteristik dan latar belakang anak yang tidak bisa disamakan dalam dunia pendidikan.
“Semua anak di dunia ini tidak ada yang sama. Ini dasarnya homeschooling, memang tidak bisa memasukkan anak ke sekolah yang menyamakan anak-anak. Selain menjaga pengalaman dan pengetahuan anak di otak, kita jaga juga melalui pendidikan yang kita kawal sendiri,” tuturnya.
Selain itu, ia juga menjelaskan, terdapat lima faktor penting yang perlu dimaksimalkan dalam pengembangan anak secara holistik-integratif, sehingga dapat memaksimalkan potensi yang ada pada anak. Kelima faktor tersebut adalah gizi dan kesehatan, pengasuhan, perlindungan, kesejahteraan, dan pendidikan.
“Ketika manusia lahir, fitrah Allah sudah ada, sekarang hanya perlu diaktivasikan dengan kelima faktor itu oleh guru, orangtua dan lingkungan,” lanjutnya.
LDII Depok dengan Komunitas JHS bahas alternatif pendidikan anak masa pandemi.
Sementara itu, Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan DPD LDII Kota Depok, Mutiara Hikah menjelaskan mengenai pentingnya penguasaan parenting skill dalam mendidik anak. Menurutnya, mutu pendidikan ditentukan oleh pendampingan dan sarana belajar.
“Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anak-anaknya. Semua yang ada di sekitar kita bisa dijadikan bahan untuk sumber belajar anak kita. Mutu pendidikan sangat ditentukan oleh pendamping dan sarana belajar,” tegasnya.
Menanggapi hal tersebut, praktisi homeschooling sekaligus Ketua Perpani Kota Cirebon, Tresnawaty Subarno menegaskan bahwa karakteristik, kegemaran, dan kemampuan anak merupakan modal penting yang harus dikembangkan sebagai bekal anak pada masa depan.
“Peran orangtua dalam homeschooling ini sangatlah penting. Harus memantau, karakteristik, target, perekembangan dan juga harus mengetahui skill dan kegemaran anak yang bisa dijadikan bekal kehidupan,” tuturnya.
Penerapan sistem pembelajaran homeschooling tentunya memerlukan pengetahuan dan observasi yang mendalam untuk mengumpulkan informasi terkait kelebihan dan kekurangan dalam menerapkan pendidikan homeschooling.
Lebih lanjut, Psikolog Betty Kemal Taruc menjelaskan, komunikasi intens antara anak dan orangtua diperlukan untuk menentukan pilihan alternatif pendidikan anak.
“Dengan komunikasi bersama anak, kita bisa melihat kesediaan anak dan orangtua untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak melalui homeschooling agar seimbang antara pendidikan dunia dan pendidikan agama, sehingga anak bisa menjadi generasi penerus yang profesional-religius,” tuturnya.
Sebagai ormas keagamaan, LDII terus berupaya membantu pemerintah dalam mencetak generasi emas Indonesia dengan mencanangkan program “Tri Sukses Generasi Penerus”. Melalui program ini, LDII berupaya mencetak generasi muda yang profesional-religius.
“Target kita dalam mendidik anak itu Tri Sukses. Bagaimana anak dapat alim-faqih, berakhlakul karimah, dan mandiri. Untuk jadi mandiri, anak perlu life-skill, keterampilan yang dapat diandalkan di masa depan,” lanjutnya.
Harapannya, dengan digelar webinar ini, dapat meningkatan pemahaman orangtua mengenai perannya dalam mendidik anak, terutama pada masa pandemi. (Fitri/LINES)